Responsive Ads Here

Monday, December 12, 2011

Berburu Direktori dan File Sensitif dengan DirBuster

Mungkin anda akan terkejut bila mengetahui bahwa ada banyak website yang berhasil dihack/dideface hanya karena sebuah kesalahan “konyol”. Tidak dibutuhkan keahlian programming, SQL atau jurus njelimet lainnya, cuma membuka sebuah direktori yang berisi file-file sensitif, maka sebuah website akan bertekuk lutut. Ya benar, ini adalah fakta yang seringkali terjadi.



Direktori Sensitif

Semua direktori atau file yang mengandung informasi berguna buat hacker untuk mendeface website anda, maka direktori itu termasuk sensitif. Beberapa direktori atau file yang tergolong sensitif antara lain:

Backup
Hal yang biasanya dibackup adalah database dan source script webnya. Bayangkan apa yang terjadi bila hacker berhasil mendapatkan seluruh file php dan “database dump” dalam satu file zip? Kalau anda berpikir itu tidak mungkin terjadi, anda salah besar, karena saya sering menemukan file backup berekstensi zip, tar.gz, atau sql berserakan di websitenya.

Halaman Login
Ada banyak macam halaman login, umumnya adalah halaman login untuk mengelola isi website, yaitu CMS Administrator. Selain CMS, halaman login yang lain adalah phpMyAdmin, cpanel, Tomcat Admin Page, AXIS2 Admin Page dll. Tomcat dan AXIS2 adalah Java based webserver dan web service platform.

Kenapa halaman login termasuk sensitif? Karena dengan mengetahui URL untuk menjadi Administrator website, seorang hacker bisa melakukan serangan SQL Injection, password guessing, dictionary attack dan brute force attack untuk membuat dirinya menjadi seorang administrator di website anda. Celakanya banyak website yang halaman login adminnya tidak menggunakan password yang kuat, bahkan menggunakan password default.

Log file
Log file biasanya dipakai untuk tujuan debugging atau penelusuran kesalahan oleh web developer. Karena itu tidak heran bila dalam log file banyak mengandung informasi sensitif yang bisa dimanfaatkan hacker. File log ini berbeda-beda tergantung dari web aplikasi yang dipakai karena web developer punya kebebasan untuk membuat atau tidak membuat file log.

Salah satu contoh log file yang biasa ditemukan di web adalah WS_FTP.LOG, file ini dibuat oleh program WS_FTP, yaitu FTP Client. Setiap kali memakai program ini untuk upload ke web anda, WS_FTP akan otomatis memasukkan file WS_FTP.LOG ke dalam folder website anda. Dalam file WS_FTP.LOG ini seorang hacker bisa mendapatkan banyak informasi sensitif: antara lain IP address web server anda (banyak web yang menyembunyikan IP address sebenarnya dibalik NAT), full path lokasi document root web anda, username account hosting anda (bila dalam full path mengandung nama seperti /home/username/…./).

WS_FTP.LOG juga bisa membocorkan isi sebuah direktori bila anda sudah mematikan fitur “Directory Indexing” atau membuat file index.html kosong. Seorang hacker yang tidak bisa melihat isi direktori karena directory index dimatikan atau ada file index.html kosong, bisa mencoba membuka WS_FTP.LOG di direktori itu. Bila ternyata file WS_FTP.LOG ada, maka file log itu akan membocorkan isi file dalam direktori tersebut.

Pesan error di atas umumnya dijumpai pada direktori yang ada, tapi directory indexing tidak diaktifkan, sehingga anda harus menebak nama file yang ada di direktori tersebut. Bila directory indexing diaktifkan, maka anda akan menemukan halaman dengan title “Index of /”.

Versi Lama
Terkadang ketika sebuah website diupdate ke versi baru, file-file script lama disimpan dalam satu direktori bernama oldversion, version1 dan versi barunya dalam direktori /new/ atau /ver2/ atau /beta/. Menemukan beragam versi suatu web adalah kesempatan emas untuk menemukan celah keamanan karena biasanya web versi terbarunya memang tidak mengandung kelemahan, namun bila kita berhasil menemukan versi lamanya, akan ditemukan banyak celah keamanan.

Saya pernah menemukan sebuah website yang securitynya bagus, saya tidak menemukan vulnerability di sana, namun ternyata dia lupa membuang versi lama dari web tersebut. Namun ternyata web versi lama yang mengandung banyak bug dari SQL injection sampai local file injection masih bisa diakses di direktori lain. Walaupun web versi terbaru securitynya bagus, namun jadi tidak berarti apa-apa karena hacker bisa menyerang dari web versi lamanya.

Berburu Direktori dan File Sensitif

Nama direktori atau file bisa ditemukan dengan 2 cara:

Crawling
Crawling ini adalah cara yang dipakai oleh search engine untuk mendapatkan isi website anda. Ini adalah cara yang “sopan”, karena kita hanya mencari apa yang memang disediakan oleh pemilik webnya. Search engine crawling akan mengikuti direktori apa yang boleh dan apa yang tidak boleh diambil dalam file /robots.txt. Jadi bila ada direktori sensitif yang bisa di-search di Google, maka itu terjadi karena di suatu situs ada pointer ke obyek itu berupa link. Bila di seluruh jagat internet ini tidak ada satupun link ke direktori itu, maka tidak mungkin direktori itu muncul di Google.

Kita bisa memanfaatkan Google Hacking untuk mencari direktori sensitif yang sengaja atau tidak sengaja ter-index oleh Google. Kita juga bisa membuat script atau memakai program semacam wget untuk melakukan crawling website (tidak memanfaatkan Google index). Menjalankan crawler sendiri terkadang diperlukan bila kita ingin melakukan crawling direktori yang search engine dilarang untuk masuk (diblacklist di /robots.txt).

Guessing
Bila dengan cara sopan tidak mendapatkan direktori sensitif, maka kita terpaksa pakai cara “kasar”. Mendapatkan direktori sensitif dengan cara ini sama dengan menebak password. Ada dua cara yang bisa dipakai:

Pure Brute Force Attack
Cara ini adalah cara yang paling kasar. Kita mencoba semua kemungkinan kata yang muncul dari huruf , angka dan karakter lain sebagai nama direktori atau nama file. Contoh: request /aa/, lalu /ab/, lalu /ac/, lalu /ad/, demikian seterusnya sampai semua kemungkinan yang ada dicoba. Cara ini membutuhkan waktu yang sangat lama, jadi kurang efektif. Tapi kelebihannya adalah tidak ada direktori yang lolos, karena semua kemungkinan akan dicoba.

Dictionary Attack
Ini adalah cara yang lebih sopan dibanding pure brute force. Kita menggunakan kamus, yaitu kumpulan nama yang akan kita pakai untuk request ke web server. Efektif tidaknya cara ini tergantung dari bagaimana kualitas kamus yang dipakai. Semakin baik kualitas kamusnya, semakin besar kemungkinan berhasil mendapatkan direktori sensitif. Kamus yang baik adalah kamus berisi kata yang memang benar-benar pernah dipakai untuk nama direktori, jadi bukan nama fiktif atau karangan.

DirBuster dari OWASP

Dalam artikel ini saya akan menggunakan tools gratisan, DirBuster yang dibuat oleh OWASP (Open Web Application Security Project), sebuah kelompok non-profit yang berfokus pada keamanan web. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, kekuatan tools semacam ini tergantung pada kualtias kamus yang dimilikinya.

DirBuster memiliki kamus yang sangat lengkap, bukan nama fiktif yang tidak pernah dipakai, tapi memang benar-benar nama yang pernah dipakai sebagai nama direktori. Kumpulan nama ini didapatkan dari internet dengan cara melakukan crawling terhadap situs-situs internet lalu mengelompokkannya. Kumpulan nama yang dipakai minimal 3 situs berbeda ditaruh di file dengan akhiran small.txt, kumpulan nama yang dipakai minimal 2 situs berbeda ditaruh di file dengan akhiran medium.txt, dan semua nama yang ditemukan ditaruh dalam file berakhiran big.txt.

Bila anda membutuhkan daftar nama direktori saja untuk dipakai di program lain, anda juga bisa mendownload kamusnya saja tanpa harus mendownload DirBuster.

Tools ini sangat mudah digunakan, jadi silakan saja langsung download DirBuster. Sebelumnya pastikan dulu komputer anda sudah terinstall Java, karena tools ini dibuat dengan Java.

Scanning Type

Ada dua jenis scanning yang bisa dilakukan, pure brute force atau dictionary based attack. Bila anda memilih memakai teknik pure brute force, maka anda harus menentukan character set (kumpulan karakter) yang akan dijadikan nama direktori dan tentukan juga panjang minimal dan maksimalnya. Semakin besar populasi dari character set yang anda pilih dan semakin panjang max length yang anda pilih, semakin besar kumpulan kata yang dihasilkan, itu artinya dibutuhkan waktu yang semakin lama untuk mencoba semuanya. Gambar di bawah ini adalah screenshot ketika memilih pure brute force.



Bila memilih list based brute force, maka kita harus memilih file berisi daftar nama direktori. DirBuster sudah menyediakan banyak dictionary yang bisa dipilih sesuai kebutuhan:

directory-list-2.3-small.txt (87650 words) : Minimal dipakai di 3 situs berbeda.
directory-list-2.3-medium.txt (220546 words) : Minimal dipakai di 2 situs berbeda.
directory-list-2.3-big.txt (1273819 words) : Minimal pernah dipakai.
directory-list-lowercase-2.3-small.txt (81629 words) : Versi case insensitive dari directory-list-2.3-small.txt
directory-list-lowercase-2.3-medium.txt (207629 words) : Versi case insensitive dari directory-list-2.3-medium.txt
directory-list-lowercase-2.3-big.txt (1185240 words) : Versi case insensitive dari directory-list-2.3-big.txt
directory-list-1.0.txt (141694 words) : Daftar awalnya, tidak terurut
apache-user-enum-1.0.txt (8916 usernames) : Dipakai untuk user enumeration, mendapatkan valid username di sebuah server
apache-user-enum-2.0.txt (10341 usernames) : Dipakai untuk user enumeration
Dalam list yang disediakan DirBuster juga menyediakan daftar username yang dipakai untuk user enumeration, yaitu mendapatkan nama user yang valid di sebuah server. Dalam web server Apache yang mengaktifkan mod_userdir, bisa dilakukan user enumeration dengan cara menggunakan ~namauser sebagai nama direktori.

Gambar di bawah ini adalah screenshot ketika kita memilih menggunakan dictionary attack.



Starting Options



Pilihan lain yang harus dipilih adalah starting options, yaitu di mana titik mulainya DirBuster mencari direktori. Pilihannya adalah standard start point, atau URL Fuzz. Standard start point adalah pilihan yang paling banyak digunakan karena pilihan ini berarti kita meminta DirBuster untuk menggunakan nama direktori sebagai titik awal.

Pilihan yang ada ketika kita memilih Standard Start Point adalah checkbox Brute Force Dirs yang bisa dimatikan bila kita tidak ingin ingin membrute Direktori. Brute Force Files bisa dimatikan bila kita tidak ingin mencari file. Dua pilihan tersebut bisa diatur sesuai kebutuhan, apakah ingin mencari direktori dan nama file, atau direktori saja, atau nama file saja.

Pilihan File extention bisa diisi dengan ekstensi file yang ingin dicari, misalnya bisa kita isi dengan php, zip, gz, tar.gz. Namun bila kita tidak ingin menggunakan ekstensi, kita bisa centang pilihan Use Blank Extention.

Pilihan Be Recursive digunakan untuk membuat DirBuster melakukan pencarian secara mendalam (Deep First Search), yaitu mencari subdirektori dalam sebuah direktori, mencari sub-subdirektori dalam subdirektori dan seterusnya sampai kedalaman tertentu.

Ada kalanya kita harus membrute force nama direktori yang merupakan bagian dari parameter URL. Dalam kasus seperti itu kita bisa memakai pilihan URL Fuzz. Salah satu contoh kasusnya adalah ketika kita ingin melakukan scanning melalui sebuah web based proxy seperti PHPProxy.

Ketika kita ingin scanning website internal dengan IP address private dari website public yang sudah berhasil kita susupi, kita bisa gunakan PHProxy. URL PHProxy biasanya berbentuk http://somewebsite/myproxy/?q=http://situstarget/{dir}. Dalam kasus seperti ini, pilihan URL Fuzz bisa sangat berguna. Gambar di bawah ini menunjukkan skenario tersebut. Setelah seorang hacker berhasil menguasai web server public, dia akan mengupload web based proxy seperti PHProxy. Dengan proxy tersebut hacker bisa melebarkan serangannya ke arah dalam dengan menyerang web server internal yang tidak bisa dijangkau dari internet.



Walaupun tools ini sangat sederhana, tapi jangan remehkan keampuhannya. Silakan coba saja sendiri, mungkin nanti anda akan terkejut melihat banyaknya webmaster yang sembrono menaruh file/direktori sensitif di websitenya.